Kata planet sudah lama ada dan memiliki hubungan sejarah, sains, mitologi, dan agama. Oleh peradaban kuno, planet dipandang sebagai sesuatu yang abadi atau perwakilan dewa. Seiring kemajuan ilmu pengetahuan, pandangan manusia terhadap planet berubah.
Pada tahun 2006, Persatuan Astronomi Internasional (IAU) mengesahkan sebuah resolusi resmi yang mendefinisikan planet di Tata Surya. Definisi ini dipuji namun juga dikritik dan masih diperdebatkan oleh sejumlah ilmuwan karena tidak mencakup benda-benda bermassa planet yang ditentukan oleh tempat atau benda orbitnya. Meski delapan benda planet yang ditemukan sebelum 1950 masih dianggap "planet" sesuai definisi modern, sejumlah benda angkasa seperti Ceres, Pallas, Juno, Vesta (masing-masing objek di sabuk asteroid Matahari), dan Pluto (objek trans-Neptunus yang pertama ditemukan) yang dulunya dianggap planet oleh komunitas ilmuwan sudah tidak dipermasalahkan lagi.
Ptolomeus menganggap planet mengelilingi Bumi dengan gerakan deferen dan episiklus. Walaupun ide planet mengelilingi Matahari sudah lama diutarakan, baru pada abad ke-17 ide ini terbukti oleh pengamatan teleskop Galileo Galilei. Dengan analisis data observasi yang cukup teliti, Johannes Kepler menemukan bahwa orbit planet tidak berbentuk lingkaran, melainkan elips. Seiring perkembangan peralatan observasi, para astronom mengamati bahwa planet berotasi pada sumbu miring dan beberapa di antaranya memiliki beting es dan musim layaknya Bumi. Sejak awal Zaman Angkasa, pengamatan jarak dekat oleh wahana antariksa membuktikan bahwa Bumi dan planet-planet lain memiliki tanda-tanda vulkanisme, badai, tektonik, dan bahkan hidrologi.
Secara umum, planet terbagi menjadi dua jenis utama: raksasa gas besar berkepadatan rendah dan raksasa darat kecil berbatu. Sesuai definisi IAU, ada delapan planet di Tata Surya. Menurut jaraknya dari Matahari (dekat ke jauh), ada empat planet kebumian, Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars, kemudian empat raksasa gas, Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Enam planet di antaranya dikelilingi oleh satu satelit alam atau lebih. Selain itu, IAU mengakui lima planet kerdil[3] dan ratusan ribu benda kecil Tata Surya. Mereka juga masih mempertimbangkan benda-benda lain untuk digolongkan sebagai planet.[4]
Sejak 1992, ratusan planet yang mengelilingi bintang-bintang lain ("planet luar surya" atau "eksoplanet") di Bima Sakti telah ditemukan. Per 22 Maret 2013, 861 planet luar surya yang diketahui (di 677 sistem planet dan 128 sistem multiplanet) terdaftar di Extrasolar Planets Encyclopaedia. Ukurannya beragam, mulai dari planet daratan mirip Bumi hingga raksasa gas yang lebih besar daripada Yupiter.[5] Pada tanggal 20 Desember 2011, tim Teleskop Luar Angkasa Kepler menemukan dua planet luar surya seukuran Bumi, Kepler-20e[6] dan Kepler-20f,[7] yang mengorbit bintang mirip Matahari, Kepler-20.[8][9][10] Studi tahun 2012 yang menganalisis data mikrolensa gravitasi memperkirakan setiap bintang di Bima Sakti rata-rata dikelilingi oleh sedikitnya 1,6 planet.[11] Sejumlah astronom di Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics (CfA) melaporkan pada Januari 2013 bahwa sedikitnya 17 miliar eksoplanet seukuran Bumi (tepatnya 0,8–1,25 massa Bumi) dengan periode orbit 85 hari atau kurang berada di galaksi Bima Sakti.[12]
Daftar isi
Sejarah
Cetakan model kosmologi geosentris dari Cosmographia, Antwerp, 1539
Lima planet klasik yang dapat dilihat mata telanjang sudah diketahui sejak zaman kuno dan pengaruhnya sangat besar di dunia mitologi, kosmologi agama, dan astronomi kuno. Pada zaman itu, astronom mengetahui bagaimana cahaya-cahaya tertentu bergerak melintasi langit relatif terhadap bintang lain. Bangsa Yunani kuno menyebut cahaya tersebut πλάνητες ἀστέρες (planetes asteres, "bintang pengelana") atau "πλανήτοι" saja (planētoi, "pengelana"),[13] yang dari situlah kata "planet" terbentuk.[14][15] Di Yunani, Cina, Babilonia kuno, dan seluruh peradaban pra-modern,[16][17] diyakini bahwa Bumi berada di pusat Alam Semesta dan semua "planet" mengelilingi Bumi. Alasan munculnya sudut pandang ini adalah bintang dan planet tampak berputar mengitari Bumi setiap hari[18] dan persepsi akal sehat bahwa Bumi bersifat padat dan tetap, tidak bergerak dan diam.
Babilonia
Peradaban pertama yang dikenal memiliki teori fungsional tentang planet adalah bangsa Babilonia, penduduk Mesopotamia pada milenium pertama dan kedua SM. Teks astronomi planet tertua yang masih ada adalah Tablet Venus dari Ammisaduqa, salinan daftar pengamatan gerakan planet Venus abad ke-7 SM yang diduga dirancang pada milenium kedua SM.[19] MUL.APIN adalah sepasang tablet kuneiform tertanggal abad ke-7 SM yang mencatat gerakan Matahari, Bulan, dan planet-planet sepanjang tahun.[20] Sejumlah astrolog Babilonia juga menetapkan dasar-dasar astrologi Barat.[21] Enuma anu enlil, ditulis saat periode Neo-Assyria pada abad ke-7 SM,[22] terdiri dari daftar omen dan hubungannya dengan berbagai fenomena langit, termasuk gerakan planet-planet.[23][24] Venus, Merkurius, dan planet terluar Mars, Yupiter, dan Saturnus diidentifikasi oleh sejumlah astronom Babilonia. Semuanya adalah planet yang pernah diketahui manusia sampai ditemukannya teleskop pada awal zaman modern.[25]Astronomi Yunani-Romawi
1 Bulan ![]() |
2 Merkurius ![]() |
3 Venus ![]() |
4 Matahari ![]() |
5 Mars ![]() |
6 Yupiter ![]() |
7 Saturnus ![]() |
Pada periode Hellenistik abad ke-1 SM, bangsa Yunani mulai mengembangkan skema matematika untuk memperkirakan posisi planet-planet. Skema yang berdasarkan geometri alih-alih aritmetika Babilonia ini kelak mengusangkan teori kompleks dan kelengkapan Babilonia. Kebanyakan pergerakan astronomis yang diamati dari Bumi dengan mata telanjang menggunakan skema ini. Teori Yunani ini baru dijelaskan secara lengkap di Almagest karya Ptolomeus pada abad ke-2 M. Model Ptolomeus ini begitu lengkap dan dominan sampai-sampai semua teori astronomi sebelum ini dianggap usang dan Almagest menjadi teks astronomi resmi di dunia Barat selama 13 abad.[19][27] Bangsa Yunani dan Romawi mengenal tujuh planet, masing-masing dianggap mengelilingi Bumi sesuai hukum kompleks Ptolomeus. Planet-planet tersebut adalah (sesuai urutan Ptolomeus dari Bumi): Bulan, Merkurius, Venus, Matahari, Mars, Yupiter, dan Saturnus.[15][27][28]
India
Pada tahun 499 CE, astronom India Aryabhata membuat model planet yang memasukkan rotasi Bumi di sumbunya. Ia menjelaskan hal tersebut sebagai penyebab bintang tampak bergerak ke barat. Ia juga meyakini bahwa orbit planet berbentuk elips.[29] Pengikut Aryabhata sangat banyak di India Selatan, tempat prinsip-prinsipnya soal rotasi diurnal Bumi diakui dan sejumlah karya lanjutan yang didasarkan pada teori tersebut dibuat.[30]Tahun 1500, Nilakantha Somayaji dari mazhab astronomi dan matematika Kerala merevisi model Aryabhata dalam karyanya yang berjudul Tantrasangraha.[31] Dalam Aryabhatiyabhasya, komentar terhadap Aryabhatiya-nya Aryabhata, ia mengembangkan model planet berupa Merkurius, Venus, Mars, Yupiter, dan Saturnus mengelilingi Matahari dan Matahari mengelilingi Bumi, mirip sistem Tychonik yang kelak diusulkan Tycho Brahe pada akhir abad ke-16. Kebanyakan astronom mazhab Kerala yang menjadi pengikutnya menerima model planet usulannya.[31][32]
Astronomi Islam abad pertengahan
Pada abad ke-11, transit Venus diamati oleh Ibnu Sina, yang menetapkan bahwa Venus kadang berada di bawah Matahari.[33] Pada abad ke-12, Ibnu Bajjah mengamati "dua planet berupa titik hitam di permukaan Matahari", yang kelak diketahui sebagai transit Merkurius dan Venus oleh astronom Maragha, Qotb al-Din Shirazi, pada abad ke-13.[34] Sayangnya, Ibnu Bajjah dianggap mustahil telah mengamati transit Venus, karena fenomena tersebut memang tidak pernah terjadi seumur hidupnya.[35]Renaisans Eropa
1 Merkurius ![]() |
2 Venus ![]() |
3 Bumi ![]() |
4 Mars ![]() |
5 Yupiter ![]() |
6 Saturnus ![]() |
Karena itu, Bumi dimasukkan ke daftar planet,[36] sementara Matahari dan Bulan tidak. Awalnya, ketika satelit-satelit pertama Yupiter dan Saturnus ditemukan pada abad ke-17, kata "planet" dan "satelit" sering dipakai bolak-balik, namun "satelit" semakin sering dipakai pada abad selanjutnya.[37] Sampai pertengahan abad ke-19, jumlah "planet" tumbuh pesat karena benda-benda baru yang ditemukan mengelilingi Matahari langsung digolongkan sebagai planet oleh komunitas ilmuwan.
Abad ke-19
1 Merkurius ![]() |
2 Venus ![]() |
3 Bumi ![]() |
4 Mars ![]() |
5 Vesta ![]() |
6 Juno ![]() |
7 Ceres ![]() |
8 Pallas ![]() |
9 Yupiter ![]() |
10 Saturnus ![]() |
11 Uranus ![]() |
Abad ke-20
1 Merkurius ![]() |
2 Venus ![]() |
3 Bumi ![]() |
4 Mars ![]() |
5 Yupiter ![]() |
6 Saturnus ![]() |
7 Uranus ![]() |
8 Neptunus ![]() |
1 Merkurius ![]() |
2 Venus ![]() |
3 Bumi ![]() |
4 Mars ![]() |
5 Yupiter ![]() |
6 Saturnus ![]() |
7 Uranus ![]() |
8 Neptunus ![]() |
9 Pluto ![]() |
Penemuan planet luar surya berujung pada ambiguitas lain mengenai definisi planet, pada titik ketika planet menjadi bintang. Banyak planet luar surya yang sudah diketahui bermassa lebih besar daripada Yupiter, mendekati benda-benda bintang yang dikenal sebagai "katai coklat".[45] Katai cokalt umumnya dianggap bintang karena mampu melakukan fusi deuterium, isotop hidrogen yang lebih berat. Jika bintang berukuran 75 kali Yupiter mampu memfusikan hidrogen, hanya bintang berukuran 13 kali Yupiter yang bisa memfusikan deuterium. Tetapi, deuterium agak langka dan sebagian besar katai coklat sudah duluan selesai memfusikan deuterium sebelum ditemukan, sehingga sulit dibedakan dari planet-planet supermasif.[46]
Abad ke-21
Dengan ditemukannya banyak objek di Tata Surya dan objek yang lebih besar di sistem lain pada paruh akhir abad ke-20, muncul permasalahan tentang hal-hal yang membentuk suatu planet. Ada perdebatan mengenai apakah suatu objek bisa dianggap planet jika berada di dalam populasi jauh seperti sabuk atau cukup besar untuk menciptakan energi sendiri melalui fusi termonuklir deuterium.Banyak astronom yang berpendapat agar Pluto dikeluarkan dari kelompok planet, karena banyak benda sejenis yang ukurannya mirip ditemukan di wilayah Tata Surya yang sama (sabuk Kuiper) pada tahun 1990-an dan awal 2000-an. Pluto terbukti hanyalah satu benda kecil di antara ribuan benda serupa lainnya.
Sejumlah benda seperti Quaoar, Sedna, dan Eris disebutkan sebagai planet kesepuluh oleh pers, tetapi tidak diakui secara luas oleh komunitas ilmuwan. Penemuan Eris tahun 2005, benda yang 27% lebih besar daripada Pluto, menciptakan rasa penasaran publik tentang definisi planet secara resmi.
Melihat masalah ini, IAU merancang definisi planet dan menetapkannya pada Agustus 2006. Jumlah planet berkurang menjadi delapan benda besar yang telah "membersihkan" orbitnya (Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus). IAU juga membuat kelompok planet katai yang awalnya ditempati tiga benda (Ceres, Pluto, dan Eris).[47]
Definisi planet luar surya
Pada tahun 2003, International Astronomical Union (IAU) Working Group on Extrasolar Planets membuat pernyataan tentang definisi planet yang mencakup definisi pembuka berikut, kebanyakan berfokus pada batasan antara planet dan katai coklat:[2]
- Objek yang massa sejatinya di bawah batas massa untuk fusi termonuklir deuterium (saat ini terhitung 13 kali massa Yupiter untuk objek dengan kelimpahan isotop yang setara dengan Matahari[48]) yang mengorbit bintang atau sisa bintang adalah "planet" (tidak penting bagaimana terbentuknya). Massa dan ukuran minimal yang disyaratkan untuk objek luar surya agar bisa dianggap planet harus sama seperti syarat planet Tata Surya.
- Objek subbintang yang massa sejatinya di atas batas massa untuk fusi termonuklir deuterium adalah "katai coklat", tidak penting bagaimana terbentuknya atau di mana lokasinya.
- Objek berkelana bebas di gugus bintang muda yang massanya di bawah batas massa untuk fusi termonuklir deuterium bukanlah "planet", melainkan "katai sub-coklat" (atau nama apapun yang pantas).
Salah satu definisi katai sub-coklat adalah benda bermassa planet yang terbentuk melalui kolaps awan, bukannya akresi. Perbedaan pembentukan antara katai sub-coklat dan planet ini belum diakui secara universal. Para astronom masih terbagi menjadi dua kubu dalam mempertimbangkan proses pembentukan planet sebagai bagian dari pengelompokannya.[51] Satu alasan kekecewaan ini adalah kadang mustahil menentukan proses pembentukan planet. Misalnya, planet pengorbit bintang yang terbentuk oleh akresi bisa terlempar dari sistem dan menjadi pengelana bebas. Seblaiknya, katai sub-coklat yang terbentuk oleh kolaps awan terbentuk sendiri di sebuah gugus bintang yang bisa terperangkap dalam orbit suatu bintang.
Ceres | Pluto | Makemake | Haumea | Eris |
Kriteria lain yang memisahkan planet dan katai coklat selain pembakaran deuterium, proses pembentukan, atau lokasi adalah apakah tekanan intinya didominasi oleh tekanan coulomb atau tekanan degenerasi elektron.[53][54]
Definisi 2006
Masalah batasan rendah disampaikan pada rapat Majelis Umum IAU tahun 2006. Setelah debat panjang dan satu proposal gagal, majelis memungut suara untuk mengesahkan resolusi yang mendefinisikan planet di Tata Surya sebagai:[55]Sesuai definisi tersebut, Tata Surya dianggap memiliki delapan planet. Benda-benda yang memenuhi dua syarat pertama namun tidak yang ketiga (seperti Pluto, Makemake, dan Eris) dikelompokkan sebagai planet katai dengan syarat mereka juga bukan merupakan satelit alami planet lain. Awalnya komite IAU mengusulkan definisi yang mencakup banyak planet karena poin (c) belum dibuat.[56] Setelah diskusi panjang, pemungutan suara selanjutnya memutuskan benda-benda tersebut dikelompokkan sebagai planet katai.[57]Benda langit yang (a) berada di orbit mengitari Matahari, (b) memiliki massa yang cukup agar gravitasinya melebihi gaya benda tegar sehingga memiliki kesetimbangan hidrostatik (nyaris bulat), dan (c) telah membersihkan lingkungan di sekitar orbitnya.
Definisi ini didasarkan pada teori-teori pembentukan planet, yaitu ketika embrio planet sudah membersihkan orbitnya dari objek-objek kecil. Seperti yang dijelaskan astronom Steven Soter:[58]
Pasca pemungutan suara IAU tahun 2006, muncul kontroversi dan perdebatan seputar definisi ini.[59][60] Banyak astronom yang memutuskan tidak menggunakannya.[61] Sebagian perdebatan tersebut terpusat pada keyakinan bahwa poin (c) (membersihkan orbit) seharusnya tidak disertakan dan objek-objek yang sekarang dikategorikan planet katai harusnya menjadi bagian dari definisi planet yang lebih luas.Hasil akhir dari akresi cakram kedua adalah sedikitnya benda yang relatif besar (planet) baik di orbit bebas atau resonan yang mencegah tabrakan antarbenda. Planet dan komet kecil, termasuk KBO [objek sabuk Kuiper] berbeda dari planet karena mereka bisa bertabrakan dengan planet atau satu sama lain.
Di luar komunitas ilmuwan, Pluto memiliki dampak budaya yang kuat di masyarakat karena status planetnya sejak ditemukan tahun 1930. Penemuan Eris diberitakan besar-besaran oleh media sebagai planet kesepuluh, sehingga klasifikasi ulang ketiga objek tersebut sebagai planet katai banyak menarik perhatian media dan publik.[62]
Klasifikasi sebelumnya
Tabel berikut berisi daftar benda-benda Tata Surya yang sebelumnya diklasifikasikan sebagai planet:Benda | Klasifikasi terkini | Catatan | |
---|---|---|---|
Bulan | Satelit | Dikelompokkan sebagai planet pada zaman antik sesuai model geosentris yang sekarang usang. | |
Io, Europa, Ganymede, dan Callisto | Satelit | Empat satelit terbesar Yupiter, dikenal dengan nama satelit-satelit Galileo. Galileo Galilei menyebutnya "Planet-Planet Medici" yang diambil dari nama patronnya, keluarga Medici. | |
Titan,[b] Iapetus,[c] Rhea,[c] Tethys,[d] dan Dione[d] | Satelit | Lima satelit terbesar Saturnus, ditemukan oleh Christiaan Huygens dan Giovanni Domenico Cassini. | |
Ceres[e] | Planet katai | Asteroid pertama yang diketahui sejak ditemukan antara 1801 dan 1807 sampai dikelompokkan ulang sebagai asteroid pada 1850-an.[64]
Ceres sudah dikelompokkan sebagai planet katai pada 2006. |
|
Pallas, Juno, dan Vesta | Asteroid | ||
Astrea, Hebe, Iris, Flora, Metis, Hygeia, Parthenope, Victoria, Egeria, Irene, Eunomia | Asteroid | Banyak asteroid ditemukan antara 1845 dan 1851. Perkembangan daftar planet yang cepat mendorong pengelompokan ulang benda-benda ini sebagai asteroid oleh para astronom. Klaim ini baru diakui pada tahun 1854.[65] | |
Pluto[f] | Planet katai | Benda trans-Neptunus pertama yang diketahui (yaitu planet minor dengan sumbu semi-mayor di luar Neptunus). Pada tahun 2006, Pluto dikelompokkan sebagai planet katai. | |
Eris | Planet katai | Ditemukan tahun 2003, benda trans-Neputunus ini diakui pada tahun 2005 sebelum akhirnya dikelompokkan sebagai planet katai seperti Pluto pada tahun 2006. |
Mitologi dan pemberian nama
Dewa-dewa Olympus yang menjadi sumber nama planet di Tata Surya
Praktik bangsa Yunani yang memberikan nama-nama planet sesuai nama dewanya hampir seutuhnya berasal dari kebiasaan bangsa Babilonia. Bangsa Babilonia mengambil nama Phosphoros dari nama dewi cintanya, Ishtar; Pyroeis dari dewa perang, Nergal, Stilbon dari dewa kebijaksanaan Nabu, dan Phaethon dari dewa pemimpin, Marduk.[66] Ada banyak kesamaan antara aturan penamaan Yunani dan Babilonia, padahal mereka berbeda zaman.[19] Terjemahannya pun tidak sempurna. Misalnya, Nergal-nya Babilonia adalah dewa perang dan bangsa Yunani menyamakannya dengan Ares. Namun tidak seperti Ares, Nergal adalah dewa penyakit dan akhirat.[67]
Saat ini, banyak orang di dunia Barat mengenal planet dengan nama-nama yang diambil dari dewa-dewa Olympus. Jika bangsa Yunani modern masih memakai nama kuno untuk menyebut planet, sejumlah bahasa Eropa justru memakai nama Romawi (Latin) karena pengaruh Kekaisaran Romawi dan Gereja Katolik. Bangsa Romawi, seperti Yunani, adalah orang Indo-Eropa yang saling berbagi mitologi dengan nama-nama yang berbeda, namun tidak punya tradisi narasi seperti yang dipersembahkan budaya sastra Yunani untuk dewa-dewanya. Pada periode akhir Republik Romawi, para penulis meminjam banyak sekali narasi Yunani dan menerapkannya ke mitologi mereka sampai keduanya tidak bisa dibedakan.[68] Saat bangsa Romawi mempelajari astronomi Yunani, mereka memberi nama planet sesuai nama dewa-dewanya sendiri: Mercurius (untuk Hermes), Venus (Afrodit), Mars (Ares), Iuppiter (Zeus), dan Saturnus (Cronus). Ketika planet-planet selanjutnya ditemukan pada abad ke-18 dan 19, praktik pemberian namanya berlanjut untuk Neptūnus (Poseidon). Uranus unik karena diambil dari nama dewa Yunani alih-alih versi Romawinya.
Sejumlah orang Romawi, sesuai kepercayaan yang mungkin berasal dari Mesopotamia tetapi berkembang di Mesir Yunani, percaya bahwa tujuh dewa yang menjadi sumber nama planet tersebut menjaga Bumi secara bergilir. Urutan giliran tersebut dari jauh ke dekat adalah Saturnus, Yupiter, Mars, Matahari, Venus, Merkurius, Bulan.[69] Hasilnya, hari pertama dimulai oleh Saturnus (jam ke-1), hari kedua oleh Matahari (jam ke-25), diikuti Bulan (jam ke-49), Mars, Merkurius, Yupiter, dan Venus. Karena setiap hari diberi nama sesuai dewa yang mengawalinya, begitu pula dengan urutan nama hari dalam kalender Romawi yang masih dipakai di sejumlah bahasa modern setelah siklus Nundinal ditolak.[70] Dalam bahasa Inggris, Saturday, Sunday, dan Monday adalah terjemahan langsung dari nama-nama Romawi ini. Nama hari yang lain berasal dari dari Tiw, (Tuesday) Wóden (Wednesday), Thunor (Thursday), dan Fríge (Friday), dewa Anglo-Saxon yang sama seperti Mars, Merkurius, Yupiter, dan Venus.
Bumi (Earth) adalah satu-satunya planet yang namanya dalam bahasa Inggris tidak diambil dari mitologi Yunani-Romawi. Karena Bumi sendiri baru diakui sebagai planet pada abad ke-17,[36] tidak ada tradisi memberinya nama sesuai nama dewa. Kata Earth berasal dari bahasa Anglo-Saxon erda yang berarti daratan atau tanah dan pertama dipakai untuk menyebut Bumi sekitar tahun 1300.[71][72] Sebagaimana bahasa Jermanik lainnya, kata ini berasal dari bahasa Proto-Jerman ertho, "daratan",[72] dan terlihat kesamaannya pada kata earth dalam bahasa Inggris, Erde dalam bahasa Jerman, aarde dalam bahasa Belanda, dan jord dalam bahasa Skandinavia. Banyak bahasa Roman yang memakai kata Roman lama terra (atau variasinya). Kata tersebut dipakai dengan makna "daratan kering", bukannya "laut".[73] Bahasa-bahasa non-Roman memakai katanya sendiri. Bangsa Yunani tetap memakai nama asli mereka, Γή (Ge).
Budaya non-Eropa memakai sistem penamaan planet yang berbeda. India memakai sistem berdasarkan Navagraha, yang mencakup tujuh planet tradisional (Surya untuk Matahari, Chandra untuk Bulan, dan Budha, Shukra, Mangala, Bṛhaspati, dan Shani untuk Merkurius, Venus, Mars, Yupiter, dan Saturnus) dan nodus bulan naik dan turun Rahu dan Ketu. Cina dan negara-negara Asia Timur sudah lama terkena pengaruh budaya Cina (seperti Jepang, Korea, dan Vietnam) dengan sistem penamaan yang didasarkan pada lima elemen Cina: air (Merkurius), logam (Venus), api (Mars), kayu (Yupiter), dan tanah (Saturnus).[70]
Pembentukan
Ilustrasi cakram protoplanet
Tabrakan asteroid - membentuk planet (konsep artis).
Dampak energi planetesimal kecil (serta peluruhan radioaktif) akan menghangatkan planet yang sedang tumbuh, sehingga planet tersebut setidaknya setengah meleleh. Interior planet mulai berbeda-beda massanya dan menciptakan inti yang lebih padat.[79] Planet-planet kebumian yang lebih kecil kehilangan sebagian besar atmosfernya karena akresi ini, tetapi gas yang hilang bisa tergantikan oleh gas yang keluar dari mantel dan tubrukan komet (planet kecil akan kehilangan atmosfer yang diperoleh melalui berbagai jenis mekanisme pelepasan).[80]
Melalui penemuan dan pengamatan sistem keplanetan di sekitar bintang selain Tata Surya, para ilmuwan sudah mampu menguraikan, merevisi, atau bahkan mengganti teori ini. Tingkat metalisitas, istilah astronomi yang menjelaskan kelimpahan elemen kimia dengan nomor atom lebih besar dari 2 (helium), saat ini diyakini menjadi penentu kemungkinan suatu bintang dikelilingi planet.[81] Oleh sebab itu, sejumlah peneliti menduga bintang populasi I yang kaya logam lebih mungkin memiliki sistem planet yang lebih jelas daripada bintang populasi II yang